SKOR.id – Setelah 316 pertandingan memimpin, pelatih Carlo Ancelotti telah melampaui legenda Real Madrid Miguel Munoz sebagai manajer paling berprestasi dalam sejarah klub raksasa asal Spanyol tersebut.&nbsp;Itu terjadi seiring dengan gelarnya yang ke-15 sebagai pelatih Madrid, yang diraih dengan kemenangan 3-0 atas tim Meksiko Pachuca di final Piala Interkontinental di Qatar pada hari Rabu (18/12/2024) malam waktu setempat atau Kamis dini hari WIB.Gelar tersebut merupakan Piala Interkontinental FIFA pertama yang diraih Ancelotti dalam format kompetisi yang telah diubah. Juga penghargaan keseluruhannya yang ke-31 sebagai pelatih. Dari jumlah tersebut, hampir setengahnya datang dengan seragam Real Madrid.Hebatnya, dengan merebut trofi ke-15 bersama Madrid, Ancelotti mematahkan rekor milik Munoz yang bertahan selama 52 tahun, terkait pelatih Los Blancos dengan gelar terbanyak.&nbsp;Pelatih dengan Gelar Terbanyak di Real Madrid&nbsp;<ol><li>Carlo Ancelotti: 15 trofi</li><li>Miguel Muñoz: 14 trofi</li><li>Zinedine Zidane: 11 trofi</li><li>Vicente Del Bosque: 7 trofi</li><li>Leo Beenhakker: 6 trofi</li><li>Jose Mourinho: 3 trofi&nbsp;</li><li>Miljan Miljanic: 2 trofi</li><li>Vujadin Boskov: 2 trofi</li></ol>Munoz melatih Madrid pada Februari sampai April 1959 dan antara April 1960 sampai Januari 1974. Rekor yang dibuat Munoz sebagai pelatih Madrid sebelumnya diyakini akan sangat dipecahkan.Menangani Madrid dalam 605 pertandingan, Munoz memenangi 2 Piala Eropa/Liga Champions, 1 Piala Intercontinental, 9 La Liga, dan 2 Piala Spanyol. Trofi terakhir yang dipersembahkan Munoz untuk Madrid adalah La Liga 1972.Pun demikian, Ancelotti mampu membuat rekor dengan jumlah pertandingan separuh lebih sedikit daripada Munoz dalam dua periode di Madrid, Juni 2013 sampai Mei 2015, dan sejak 1 Juni 2021 sampai sekarang.Sebenarnya, apa saja yang membuat Ancelotti begitu sukses di Madrid?&nbsp;Skor.id akan coba membahasnya secara detail dalam Skor Special edisi kali ini. (Skor Special adalah artikel yang akan memberikan perspektif berbeda setelah Skorer membacanya dan artikel ini bisa ditemukan dengan mencari #Skor Special atau masuk ke navigasi Skor Special pada homepage Skor.id.).&nbsp;Man-Manager TerbaikCarlo Ancelotti dipandang sebagai man-manager terbaik. Ia jarang menerima pujian atas kecerdasan taktisnya. Faktanya, ia menjadi pelatih dengan gelar terbanyak di Liga Champions—2 bersama AC Milan dan 3 untuk Real Madrid.Ancelotti adalah anomali besar dalam sepak bola modern. Ini adalah era para filsuf, dunia kepelatihan sepak bola didominasi oleh Pep Guardiola dan para pewarisnya yang begitu “mendewakan” permainan posisi. Dari Mikel Arteta dan Xabi Alonso hingga Vincent Kompany dan Enzo Maresca, ada benang merah yang sama, sebuah ideologi.Namun kehadiran Ancelotti yang terus berlanjut di papan atas sepak bola menunjukkan bahwa masih ada jalan lain. Pelatih asal Italia yang dianggap anti-taktik ini justru berhasil mengukuhkan statusnya sebagai pelatih sepak bola paling sukses di dunia.Publik mungkin mengetahui bila Real Madrid memiliki sumber daya yang cukup baik. Namun, pola permainan Madrid di bawah Ancelotti terasa berbeda, lebih longgar, dan kurang ditentukan.Ancelotti adalah satu-satunya pelatih yang dalam empat musim yang menyingkirkan Guardiola dari Liga Champions dalam format duel dua leg – dan dia melakukannya tiga kali! Jadi, rasanya masuk akal untuk menanyakan pertanyaan mengapa fakta di atas bisa terjadi.Segala upaya untuk menjelaskan keberhasilan ini biasanya dimulai dan diakhiri dengan keterampilan manajemen manusianya. Berbicara mengenai hal ini kepada Kaka, yang memenangi Ballon d’Or di bawah asuhan Ancelotti di Milan, dia melihat kualitas sang pelatihlah faktor utamanya.&nbsp;“Carlo adalah yang terbaik bagi saya,” kata mantan gelandang serang yang juga pernah membela Madrid antara 2009-2013 itu kepada Sky Sports.“Karakteristik paling mengesankan yang dia miliki, menurut pendapat saya, adalah kemampuannya dalam mengatur orang. Manajemen manusia sangat penting.&nbsp;“Tentu saja, dia sangat bagus dalam taktik dan dia memahami permainan dan segalanya, tapi begitulah cara dia mengatur para pemainnya.”Kisah asal usul Ancelotti menjadi pelatih super sudah terkenal. Sebagai pelatih muda di Parma Calcio 1913, Ancelotti menolak niat klub untuk mendatangkan penyerang kreatif Roberto Baggio menjelang akhir tahun 1990-an.&nbsp;Ancelotti menolak peluang tersebut karena Baggio dinilainya tidak akan bisa diakomodasi dalam sistem 4-4-2 yang selama ini sakral baginya sebagai pengikut Arrigo Sacchi. Belakangan, Ancelotti menyesali keputusannya menolak Baggio.Dari situlah Ancelotti belajar bagaimana menjadi manajer pemain terbaik, memanjakan bakat sejak saat itu dan menuai hasil yang didapatnya.&nbsp;Saat ditanya apakah pernah punya masalah dengan Cristiano Ronaldo, Ancelotti menjawab: “Sebenarnya, justru dialah yang memecahkan masalah saya.” Ronaldo mencetak gol saat Ancelotti memenangi kompetisi utama klub Eropa untuk ketiga kalinya, pada 2014.&nbsp;<figure class="image"><img src="https://assets-skorid.s3.ap-southeast-1.amazonaws.com/boks_Skor_Special_Carlo_Ancelotti_Rahmat_Ari_Hidayat_Skor_id_16f2ec8bb8.jpg" alt="boks Skor Special Carlo Ancelotti - Rahmat Ari Hidayat Skor.id.jpg"><figcaption>Carlo Ancelotti sudah mengoleksi total 31 trofi sebagai pelatih yang 15 di antaranya direbut bersama Real Madrid. (Rahmat Ari Hidayat/Skor.id)</figcaption></figure>Gaya Manajerial Unik&nbsp;Orang mengapresiasi Carlo Ancelotti karena pembawaannya yang tenang dan mudah diajak bicara untuk ukuran pelatih. Tidak seperti pelatih lain yang kerap meneriaki atau menekan pemain, Ancelotti memahami benar bagaimana untuk tetap tenang.&nbsp;Para pemain yang pernah bekerja dengan Ancelotti mengakui mudah bekerja dengan sang pelatih. Selain itu, Ancelotti mampu membuat atmosfer tim menjadi positif.Alasan lain di balik sukses Ancelotti, utamanya di Madrid, adalah fleksibilitas taktiknya. Ancelotti dikenal tidak pernah takut mengubah strategi tergantung situasi pertandingan, atau para pemain yang tersedia. Kemampuan Ancelotti untuk beradaptasi inilah yang membuatnya sukses menangani berbagai tim dan negara-negara berbeda.&nbsp;Selain klub-klub Italia seperti AC Reggiana (1995-1996), Parma (1996-1998), Juventus FC (1999-2001), AC Milan (2001-2009), dan SSC Napoli (2018-2019), Ancelotti juga pernah menangani klub Inggris Chelsea FC (2009-2011) dan Everton FC (2019-2021), raksasa Prancis Paris Saint-Germain (2011-2013), jagoan Jerman FC Bayern Munchen (2016-2017), dan tentu saja tim elite Spanyol Real Madrid (2013-2015 dan 2021-….).Bukan Tanpa TaktikFormasi apa yang dimainkan Real Madrid saat mengalahkan Liverpool di final Liga Champions 2022? Jangan berharap Ancelotti memiliki jawabannya: “Jika Anda bertanya kepada saya bagaimana kami memainkan final di Paris, 4-3-3 atau 4-4-2, saya akan menjawab bahwa saya tidak tahu.”Ada kecurigaan yang masih ada bahwa kesuksesan Ancelotti adalah sumber ketidaknyamanan bagi mereka yang terobsesi dengan taktik, perasaan bahwa karyanya dapat dianggap tidak menarik.&nbsp;Musim panas lalu, ketika Sky Sports menanyakan pendapat para pelatih tentang rekan-rekan mereka yang paling inovatif secara taktik, mereka yang idenya akan membentuk masa depan sepak bola seperti Guardiola dan Roberto De Zerbi menjadi yang terdepan. Ancelotti bahkan tidak disebutkan.&nbsp;Muncul pemikiran bahwa mereka kehilangan suatu trik jika mereka berpikir bahwa setiap kemenangannya dapat dijelaskan sebagai hasil karya orang lain. Kebebasan, yang diidentifikasi oleh Jude Bellingham sebagai alasan utama musim debutnya yang brilian dengan seragam Madrid, juga merupakan sebuah taktik.Salah satu contoh adalah pertandingan leg kedua semifinal Liga Champions 2023-2024 melawan Munchen di kandang Madrid. Dalam laga yang dimenangi Los Blancos, 2-1, itu, Ancelotti menurunkan formasi awal 4-4-2.Namun jika melihat pergerakan pemain di lapangan dan arah operan di laga itu, Rodrygo yang seharusnya bermain sebagai sayap kanan justru lebih banyak beroperasi dan melepaskan banyak umpan berbahaya di sayap kiri bersama Vinicius Junior sang pemilik posisi asli.Pelatih model Guardiola jelas bakal ketakutan jika pemainnya seperti Rodrygo. Guardiola pernah memasang kerucut di lapangan latihan untuk menjelaskan kepada pemain sayapnya bahwa mereka tidak boleh keluar dari zona tersebut.&nbsp;Namun, kebebasan merupakan komponen penting dari tim Ancelotti. Menariknya, para pemain Madrid tampaknya menikmati taktik yang diterapkan Ancelotti. Dari situlah keajaiban kerap terjadi.Terkait gaya para pemainnya saat melawan Munchen, Ancelotti telah menjelaskan pemikirannya mengenai hal ini dengan jelas.&nbsp;“Jika Vinicius atau Rodrygo merasa lebih nyaman membuka sayap ketika tim menguasai bola, saya tidak akan menyuruh mereka untuk tetap berada di dalam, karena itu adalah interpretasi individu terhadap permainan,” katanya.&nbsp;Ancelotti ingin membuka kreativitas para pemain kelas dunianya, mendorong spontanitas yang dapat membedakan mereka. Mungkin secara intuitif, ia menyadari bahwa manusia mampu menemukan solusi yang mungkin tidak bisa dilakukan dengan pendekatan yang lebih ketat.&nbsp;Ini bukan berarti Ancelotti tidak memiliki taktik untuk Madrid. Justru inilah taktiknya. Jangan mengekang bakat. Hal ini tidak ada untuk dimanfaatkan tetapi dilepaskan.&nbsp;Tanpa bola, Madrid tetap disiplin. Prinsip kompak tetap ada. Hal itu tidak bisa ditawar lagi dan terbukti dari keberhasilan mereka membendung Manchester City di perempat final Liga Champions musim lalu. Namun begitu menguasai bola, saat itulah para pemain bisa bermain.&nbsp;“Saya tidak melakukan itu karena saya tidak ingin menghilangkan kreativitas semua orang. Kesalahan yang dilakukan pelatih generasi baru adalah memberikan terlalu banyak informasi kepada pemain saat bermain bola. Hal ini menghilangkan kreativitas,” ujar Ancelotti.&nbsp;“Menunjukkan kepada pemain posisi tanpa bola adalah satu hal, di sana Anda harus memberikan banyak informasi, karena tanpa bola yang ada adalah konsentrasi, pengorbanan, dan permainan kolektif. Namun dengan bola, itu tergantung pada kreativitas pemain.”&nbsp;Tampaknya tidak tepat jika menyebut Ancelotti sebagai sosok yang kontra-budaya. Ia adalah manajer Real Madrid, bangsawan sepak bola sebagai pemain dan pelatih. Namun, mengingat status Guardiola, kebijaksanaan yang diterima, ortodoksi ini, ide-idenya kini tampak berbahaya jika dibandingkan.Hal ini mengingatkan publik pada percakapan dengan Henrik Rydstrom awal tahun ini terkait pendekatannya di Malmo yang membuatnya digambarkan sebagai pelatih paling inovatif di Eropa karena penolakannya terhadap permainan posisi demi sesuatu yang lebih cair.“Kadang-kadang pelatih ingin merasa seperti Tuhan dan saya pikir itulah sebabnya permainan posisi sangat populer. Tentu saja ini cara bermain yang sangat bagus. Sebagai pelatih, Anda merasa memiliki semua jawabannya. Di sini, saya tidak memiliki jawaban dalam setiap situasi,” kata Rydstrom.&nbsp;“Para pemain menemukan solusinya. Itu merupakan tantangan terbesar bagi saya dan mereka, namun saya dapat melihat bagaimana hal tersebut telah membuka beberapa hal yang baik.”Seperti biasa, rangkuman Ancelotti lebih ringkas. “Kalau sebuah tim tidak punya identitas yang jelas, itu bukan batasan. Itu adalah kualitas,” ujarnya.&nbsp;Mungkin apa yang diucapkan Ancelotti mengarahkan publik agar kembali ke manajemen manusia. Ada yang bertanya-tanya mengapa Real Madrid begitu sering menemukan pemenang di akhir pertandingan. Ada yang bilang itu tak lepas dari sejarah klub. Namun ada manfaat psikologis dari gaya permainan ini.Tetap berada di jalur Anda dan percaya pada sistem menawarkan lebih banyak kepastian bagi pemain. Lakukan pekerjaan itu dan tujuan akan datang. Namun untuk mewujudkan sesuatu, perlu dorongan untuk menjadi berbeda, menjelajah mencari solusi, hingga hal itu benar-benar bisa memberdayakan.Ini semua bisa membawa Real Madrid meraih kejayaan lagi. Namun begitu, jangan berharap siapa pun akan memuji taktik Ancelotti jika memang demikian.<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/G1VXhITPfFE?si=ssnbxSL_xzVihqSU" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Skor.id coba mengulas rahasia melatih Carlo Ancelotti sehingga mampu sukses di klub sebesar Real Madrid.

Skor Special adalah artikel yang akan memberikan perspektif berbeda setelah Skorer membacanya dan artikel ini bisa ditemukan dengan mencari #Skor Special atau masuk ke navigasi Skor Special pada homepage situs Skor.id.

SKOR SPECIAL

Mengapa Carlo Ancelotti Bisa Sangat Sukses di Real Madrid

SKOR.id - Real Madrid berhasil merengkuh gelar Piala Interkontinental 2024, setelah mengalahkan Pachuca di laga final.Pertandingan final Piala Interkontinental 2024, digelar di Stadion Lusail, Kamis (19/12/2024) pukul 00.00 dini hari WIB.Pada pertandingan tersebut, Real Madrid berhasil mengalahkan Pachuca dengan skor 3-0, dan berhak meraih gelar juara.Keunggulan Real Madrid dibuka pada menit ke-37, saat Kylian Mbappe berhasil memaksimalkan umpan Vinicius Junior yang membuat Los Blancos unggul 1-0.Pada babak keuda, Rodrygo mencetak gol di menit ke-53, memanfaatkan umpan Kylian Mbappe, yang membuat Real Madrid unggul 2-0 atas Pachuca.Kemenangan tim asal Spanyol itu dipastikan oleh Vinicius Junior pada menit ke-84, melalui titik penalti.Kemenangan 3-0 Real Madrid ini cukup untuk membuat mereka berpesta mengangkat trofi Piala Interkontinental.Dilansir dari Opta, setidaknya ada 7 catatan menarik yang tercipta, pada pertandingan Real Madrid vs Pachuca di Piala Interkontinental, berikut ini selengkapnya.1. Kesuksesan Carlo AncelottiCarlo Ancelotti berhasil meraih gelar ke-15, sepanjang kariernya menangani Real Madrid.Keberhasilan ini membuat Carlo Ancelotti menjadi pelatih tersukses Los Blancos, melampaui Miguel Munoz yang meraih 14 gelar.2. Melawan Tim MeksikoIni menjadi pertandingan keempat Real Madrid menghadapi tim dari Meksiko di semua kompetisi resmi.Sebelumnya mereka pernah bermain 1-1 melawan Necaxa pada tahun 2000 (kalah adu penalti), menang 4-0 atas Cruz Azul pada 2014, dan menang 2-0 atas Club America pada 2016.3. Jagoan di Laga FinalReal Madrid memiliki catatan mengesankan di laga final ajang internasional.Sebelum melawan Pachuca, mereka hanya kalah sekali dari 20 laga final (menang 18, imbang 1, kalah 1), yaitu saat melawan Atletico Madrid di Piala Super Eropa (2-4). Los Blancos menang di enam laga terakhir, dan menjadi tujuh setelah laga ini.4. Kylian MbappeKylian Mbappe mencetak delapan gol dalam tujuh final yang ia mainkan di level klub dan tim nasional di berbagai ajang.Empat gol di antaranya ia cetak di Stadion Lusail, Qatar.5. Kylian Mbappe Ikuti Jejak SeniorKylian Mbappe adalah pemain ketiga yang mencetak gol dalam dua final pertamanya bersama Real Madrid di semua kompetisi dalam 10 tahun terakhir.Sebelumnya Gareth Bale (2014), dan Marco Asensio (2017), lebih dulu membuat catatan ini.6. Kebangkitan RodrygoRodrygo berhasil mencetak empat gol dalam lima laga final terakhir untuk Real Madrid.Sebelumnya pemain asal Brasil itu gagal mencetak gol di enam kesempatan.7. Vinicius JuniorVinicius Junior terlibat dalam terciptanya 13 gol dalam 12 final bersama Real Madrid (delapan gol dan lima assist).Ia terlibat dalam setidaknya satu gol dalam enam pertandingan terakhir (tujuh gol, empat assist).<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/G1VXhITPfFE?si=U8rwh5z18XHfLynm" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Real Madrid berhasil memenangi gelar Piala Interkontinental 2024, dan tercipta 7 catatan menarik.

World

7 Catatan Kemenangan Real Madrid di Piala Interkontinental 2024

SKOR.id - Real Madrid juara Piala Interkontinental 2024 (2024 FIFA Intercontinental) setelah menang 3-0 atas Pachuca, di laga final yang digelar pada Kamis (19/12/2024) dini hari WIB.Dalam laga yang digelar di Stadion Lusail, Doha, Qatar, tiga gol Real Madrid diciptakan Kylian Mbappe pada menit ke-37, Rodrygo Goes di menit ke-53, dan gol penalti Vinicius Junior menit ke-84.Gol pertama Real Madrid dibangun dari lapangan tengah yang melibatkan Federico Valverde, Jude Bellingham, Vinicius Junior, dan Kylian Mbappe.Berawal dari aksi Federico Valverde yang membawa bola dan memberikannya kepada Jude Bellingham.Di luar jantung pertahanan Pachuca, Jude Bellingham memberikan operan kepada Vinicius Junior yang ada di sisi kirinya.Setelah itu, bintang asal Brasil tersebut membawa bola masuk ke jantung pertahanan lawan.Vinicius Junior yang baru saja meraih trofi The Best FIFA 2024, melakukan gerakan mengecoh yang membuat kiper Pachuca, Carlos Moreno mati langkah.Vinicius Junior kemudian menggiring hingga ke tiang jauh sisi kanan sebelum akhirnya memberikan umpan tarik kepada Kylian Mbappe.Dengan kaki kirinya, Kylian Mbappe menyebak bola tersebut dan masuk ke gawang yang membuat Real Madrid unggul 1-0.Gol ini memperihatkan efektifnya strategi atau skema yang diterapkan pelatih Carlo Ancelotti.Pria asal Italia ini menurunkan formasi 4-2-3-1 dengan Rodrygo Goes, Jude Bellingham, dan Vinicius Junior di belakang Kylian Mbappe sebagai penyerang tunggal.Formasi ini mengembalikan kembali peran dan posisi Jude Bellingham sebagai gelandang kreatif, seperti musim lalu.Keunggulan Real Madrid di babak pertama ini juga memperlihatkan Los Blancos lebih efektif ketimbang klub asal Meksiko, Pachuca.Sepanjang babak pertama ini, ada lima tembakan Pachuca yang mengancam, namun kemampuan kiper Real Madrid, Thibaut Courtois, dalam mengantisipasi tembakan yang datang salah satu kunci timnya mengakhiri babak pertama tanpa kemasukan.Di babak kedua, Pachuca mencoba untuk mengejar dengan inisiatif melakukan tekanan di menit-menit awal. Namun, tidak ada situasi yang membahayakan di pertahanan Los Blancos.Sebaliknya, di sekitar menit ke-50, Real Madrid memperlihatkan penguasaan bola. Tekanan dilakukan bahkan dari para pemain belakang Los Blancos, termasuk Antonio Rudiger yang membangun serangan.Hingga kemudian pada menit ke-53, Real Madrid berhasil mencetak gol kedua yang membuat mereka unggul 2-0.Adalah Rodrygo Goes yang mencetak gol tersebut. Bintang Timnas Brasil ini membawa bola ke tengah luar jantung pertahanan lawan setelah menerima operan Kylian Mbappe.<div class="raw-html-embed"><blockquote class="twitter-tweet">🙌 INTERCONTINENTAL CUP CHAMPIONS! 🙌<a href="https://twitter.com/hashtag/WorldCham9ions?src=hash&amp;ref_src=twsrc%5Etfw">#WorldCham9ions</a> | <a href="https://twitter.com/hashtag/FIFAIntercontinentalCup?src=hash&amp;ref_src=twsrc%5Etfw">#FIFAIntercontinentalCup</a> <a href="https://t.co/Lt3G02dIjX">pic.twitter.com/Lt3G02dIjX</a>— Real Madrid C.F. 🇬🇧🇺🇸 (@realmadriden) <a href="https://twitter.com/realmadriden/status/1869456613150740517?ref_src=twsrc%5Etfw">December 18, 2024</a></blockquote> <script async="" src="https://platform.twitter.com/widgets.js" charset="utf-8"></script></div>Rodrygo Goes memperlihatkan kemampuannya dalam memanfaatkan situasi ketika melihat ruang tembak.Dengan tembakan kaki kanannya, Rodrigo Goes melepaskan tembakan yang membuat bola meluncur masuk ke gawang Pachuca.Sempat terjadi protes dan wasit melihat VAR untuk beberapa saat namun wasit pemimpin pertandingan tetap memutuskan bahwa itu merupakan gol.Pachuca, klub asal Meksiko, memiliki sektitar lima kesempatan di babak kedua ini.Di antaranya lewat tendangan bebas kapten dan penyerang mereka, Salomon Rondon. Namun bola tendangan bebas tersebut berhasil diredam kiper Real Madrid, Thibaut Courtois.Salomon Rondon juga memiliki kesempatan ketika dia menanduk bola umpan silang rekan setimnya. Namun bola tandukannya masih sedikit di atas mistar gawang Los Blancos.Sebaliknya, di menit ke-84, terjadi pelanggaran yang dilakukan pemain belakang Pachuca terhadap Lucas Vaszquez di kotak penalti.Awalnya wasit melanjutkan laga tersebut. Namun, kemudian dia melihat VAR dan menyatakan hadiah penalti bagi Real Madrid.Vinicius Junior mengeksekusi penalti tersebut dan membuat Real Madrid menang dengan tiga gol di final Piala Interkontinental 2024 ini.Gol penalti Vinicius Junior menjadi gol terakhir di laga ini yang membuat hasil Real Madrid vs Pachuca berakhir dengan kemenangan Los Blancos, 3-0.Hasil Real Madrid vs Pachuca dan Susunan PemainReal Madrid 3-0 PachucaGol: 1-0 (Kylian Mbappe, 37), 2-0 (Rodrygo Goes, 53), 3-0 (Vinicius Junior, pen 84)Real Madrid (4-2-3-1): Thibaut Courtois; Lucas Vazquez, Aurelien Tchouameni, Antonio Rudiger, Fran Garcia; Federico Valverde, Eduardo Camavinga; Rodrygo, Jude Bellingham, Vinicius Junior; Kylian MbappePelatih: Carlo AncelottiPachuca (4-2-3-1): Carlos Moreno; Luis Rodriguez, Sergio Barreto, Andres Micolta, Bryan Gonzalez; Elias Montiel, Pedro Pedraza; Alan Bautista, Nelson Deossa, Oussama Idrissi; Salomon RondonPelatih: Guillermo AlmadaKartu kuning: Pedro Pedraza, Salomon RondonKartu merah:Wasit: Jesus ValenzuelaStadion: Lusail<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/PLHkBOsMyA4?si=afHcSeg_NOtlRVs0" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Real Madrid juara Piala Interkontinental 2024 setelah menang 3-0 atas Pachuca dalam laga final yang digelar di Doha, Qatar, Kamis (19/12/2024) dini hari WIB.

Menang 3-0 atas Pachuca, Real Madrid Juara Piala Interkontinental 2024

SKOR.id - Berikut ini prediksi dan link live streaming final Piala Interkontinental, antara Real Madrid vs Pachuca.Pertandingan Real Madrid vs Pachuca pada laga final Piala Interkontinental, akan digelar di Stadion Lusail, Qatar, Kamis (19/12/2024) pukul 00.00 dini hari WIB.Link live streaming Real Madrid vs Pachuca tersedia di akhir artikel, setelah pembahasan kondisi kedua tim, dan prediksi laga.Real Madrid akan tampil di final Piala Interkontinental, dengan berstatus sebagai juara Liga Champions 2023-2024.Tim-tim lain yang berkompetisi di Piala Interkontinental 2024 adlah Al Ain, Auckland City, Botafogo, Pachuca, dan Al Ahly.Al Ain yang merupakan juara Liga Champions Asia 2023-2024 dan Auckland City, juara Liga Champions Oseania 2024, tampil di ronde pertama.Sementara Al Ahli (juara Liga Champions Afrika 2023-2024), Pachuca (juara Piala Champions CONCACAF 2024), serta Botafogo (juara Copa Libertadores 2024), berhak lolos ke ronde kedua.Al Ain mengalahkan Auckland City dengan skor 6-2 di ronde pertama, tetapi kemudian kalah 0-3 dari Al Ahly di ronde kedua.Sementara itu, Pachuca menang 3-0 atas Botafogo di ronde kedua, diikuti kemenangan atas Al Ahly di Challenge Cup, lewat adu penalti yang berahir 6-5, setelah bermain imbang 0-0.Kini Pachuca akan menghadapi Real Madrid di laga final Piala Interkontinental.Real Madrid punya pengalaman lebih banyak dibanding Pachuca di level ini.Kondisi Terkini Kedua TimReal Madrid: Skuad Los Blancos tak akan diperkuat oleh David Alaba, Ferland Mendy, Dani Carvajal, hingga Eder Militao yang masih mengalami cedera.Kylian Mbappe masuk ke dalam daftar skuad Real Madrid, meski sebelumnya absen karena cedera.Pachuca: Tim asal Meksiko ini tak akan diperkuat oleh Israel Luna, sedangkan Adreas Micolta kemungkinan akan tampil.Pengalaman Salomon Rondon di liga Eropa, akan menjadi faktor penting di lini depan Pachuca.Prediksi Starting XI Real Madrid vs PachucaReal Madrid (4-3-3): Courtois; Vazquez, Tchouameni, Rudiger, Garcia; Valverde, Camavinga, Bellingham; Rodrygo, Mbappe, Vinicius JrPelatih: Carlo AncelottiPachuca (4-5-1): Moreno; Rodriguez, Cabral, Micolta, Gonzalez; Montiel, Pedraza, Deossa, Bautista, Idrissi; RondonPelatih: Guillermo AlmadaHead to HeadKedua tim belum pernah berhadapan di kompetisi resmi.Prediksi Skor.idReal Madrid 2-0 PachucaBerikut ini link live streaming laga Real Madrid vs Pachuca di final Piala Interkontinental<a href="https://www.visionplus.id/webclient/#/live">Link Live Streaming Real Madrid vs Pachuca</a><a href="https://www.vidio.com/live/6299-bein-1">Link Live Streaming Real Madrid vs Pachuca</a><div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/G1VXhITPfFE?si=yNuF3N5zvtn47GIv" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Prediksi dan Link Live Streaming Real Madrid vs Pachucha, pada pertandingan final Piala Interkontinental 2024.

Prediksi dan Link Live Streaming Real Madrid vs Pachuca di Final Piala Interkontinental

SKOR.id – Bagi yang belum familiar mendengar nama Equipo FC, mungkin yang terlintas dalam pikiran adalah sebuah klub sepak bola dari kasta bawah atau negara antah berantah.Dugaan itu ternyata keliru. Equipo FC adalah sebuah studio kreatif asal Spanyol yang memproduksi produk-produk pakaian olahraga.Belum lama ini, Equipo FC berkolaborasi dengan merek Italia, Kappa, untuk menciptakan jersey “Intercontinental Kit” yang elegan.Jersey tersebut terinspirasi oleh budaya Italia dan kemenangan AC Milan dalam Piala Interkontinental di Jepang pada tahun 1989 dan 1990 silam.Equipo FC merupakan studio kreatif yang pastinya masuk dalam daftar “yang harus diperhatikan” bagi para penggemar mode pada tahun 2024.Studio tersebut menjadi terkenal selama beberapa tahun terakhir melalui serangkaian rilis pakaian mereka yang menarik.&nbsp;Dan rilisan mereka terus mengesankan, termasuk rilisan terbaru berkat kolaborasi kedua dengan Kappa, yang akhir-akhir ini telah merilis apparel mereka sendiri.&nbsp;Kolaborasi Equipo FC x Kappa ini menghasilkan “Intercontinental Kit,” berbentuk kaus putih indah yang dihiasi detail emas pada seluruh bagiannya.Equipo FC dan Kappa pertama kali bekerja sama dalam desain throwback atau masa lalu.Desain itu mengacu pada malam-malam yang dihabiskan untuk menonton sepak bola Italia di TV kabel, dengan mengambil lebih dari sedikit inspirasi dari jersey Juventus pada masa lalu.Jika rilisan terakhir lebih bernuansa gelap, seragam Intercontinental semuanya berwarna putih cerah.<figure class="media"><oembed url="https://www.instagram.com/p/C2Zi6Votr0R"></oembed></figure>Sebenarnya jersey ini tersedia dalam versi lengan panjang dan pendek, namun bahasan pada artikel ini fokus sepenuhnya pada lengan panjang.&nbsp;Tiga garis emas pada bagian badan depan, berfungsi sebagai gambaran halus pada desain jersey kandang tradisional I Rossoneri, julukan AC Milan.&nbsp;Slot sponsor diisi dengan tulisan Equipo FC, sementara lambang klub berada di seberang logo Kappa Omini.&nbsp;Logo merek ikonik tersebut kembali ditampilkan pada bagian bahu, namun kali ini dalam formasi “banda.”Sedangkan versi emas dari logo “Piala Toyota” (sebutan untuk Piala Interkontinental dari tahun 1980 hingga berakhir pada tahun 2004), muncul di bawah bagian belakang garis leher sebagai penanda yang bagus.Jersey Equipo FC x Kappa Intercontinental tersedia dalam lengan panjang dan pendek pada situs tienda.equipofc.com.<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/rK_I4RhFdTs?si=unfWBzJ71Zd0Fu6R" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" allowfullscreen=""></iframe></div>

Jersey ini terinspirasi kemenangan AC Milan pada Piala Interkontinental tahun 1989 dan 1990.

Latest Articles - Piala Interkontinental

Mengapa Carlo Ancelotti Bisa Sangat Sukses di Real Madrid

7 Catatan Kemenangan Real Madrid di Piala Interkontinental 2024

Menang 3-0 atas Pachuca, Real Madrid Juara Piala Interkontinental 2024

Prediksi dan Link Live Streaming Real Madrid vs Pachuca di Final Piala Interkontinental

Kemitraan Equipo FC x Kappa Hasilkan Jersey Klasik Piala Interkontinental